Senyum manis anak-anak Palestina menarik simpati masyarakat di seluruh dunia. Mereka terlihat sangat tabah menghadapi penjajahan di negerinya. Mereka terlihat tegar menyaksikan satu persatu keluarganya syahid, sabar dan ikhlas melihat rumahnya hancur berantakan.
Osama Muhammad al-Lily, hafiz Qur’an termuda tidak hanya di Gaza tetapi, di tingkat Palestina. Dia salah satu dari ribuan anak yang menjadi korban pembantaian penjajah Israel.
Sama seperti anak-anak lainnya. Osama masih terlalu kecil untuk mengetahui kondisi yang terjadi di negara tempat dia bermukim bersama keluarganya. Masih terlalu kecil bagi Osama untuk memahami serangan bertubi-tubi oleh tentara Israel yang menewaskan ribuan jiwa di tanah kelahirannya. Begitu keji sehingga anak-anak tidak berdosa pun jadi korban kekejaman Israel.
Osama kecil tidak tahu apa-apa. Dia seorang hafiz Al-Qur’an yang menjadi kebanggaan kedua orang tua dan juga rakyat Palestina. Sejak masih dalam kandungan, ibunya sering perdengarkan bacaan Al-qur’an. Anak cerdas ini, pun menuntaskan hafalan keseluruhan Alquran diusia enam tahun.
Setiap hari, Osama memulai hafalannya usai salat subuh hingga menjelang siang hari. Karena kecintaannya terhadap Alquran, dia melanjutkan hafalannya pada sore hari. Dari kerja kerasnya menghafal, akhirnya dia mengumumkan ayat terakhir yang dihafalnya dari surah Al-Baqarah.
Sebuah momen bahagia bagi orang tua Osama. Ibunya bersujud dan bersyukur kepada Allah, buah hatinya berhasil menghafal keseluruhan Alquran di usia anak-anak. Dilansir dari laman adararelief.com, Osama dinobatkan menjadi hafiz termuda tidak hanya di level jalur Gaza tetapi, di tingkat Palestina.
Perjalanan Osama Hafal Alquran
Diceritakan oleh ibunya, Osama belajar dengan ayahnya. Dia memulai bacaan surah al-Ikhlas. Saat itu, sang ibu melihat dia masih terlalu kecil untuk menghafal sebuah surah secara lengkap. Diusianya tiga tahun, Osama sudah bisa melafalkan surah dengan benar dan menghafal dengan sempurna.
Menurut ibunya, dia bersama suaminya terus berusaha menghafal banyak surah, termasuk Ar-Rahman dan Al-Waqi’ah. Mereka tidak sekadar mengajar hafalan, tetapi juga mengajarkan anak-anaknya belajar membaca. Osama bisa membaca saat usianya lima tahun.
Karena kecerdasan yang diperlihatkan Osama. Kemudian Ayahnya mendaftarkan ke Sekolah Al-Tabi’een al-Syariah.Pihak sekolah kemudian mengujinya dan menegaskan bahwa Osama anak jenius. Jaafar Zeno, seorang guru yang berusaha keras untuk membantu menyelesaikan hafalan Osama hanya dalam waktu 6 setengah bulan.
Bukan hanya itu, sang Ayah juga giat memberikan materi dan pendidikan moral kepada Osama dan tidak diberikan waktu bermain, sejak dia masih sangat kecil.
Namun, tanggal 19 November pasukan zionis datang dan membombardir tempat tinggalnya. Osama dan sejumlah keluarganya pun dinyatakan syahid.
