Danau Toba bukan sekadar danau biasa. Ia adalah mahakarya alam, danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara sekaligus salah satu yang terbesar di dunia. Dengan panjang sekitar 100 kilometer dan lebar 30 kilometer, Danau Toba tak hanya memanjakan mata, tapi juga menyimpan sejarah geologis yang dahsyat.
Aku masih ingat tahun 2003, saya bersama teman Nimalasari Haya dari Penerbitan Kampus Identitas Unhas, mengikuti kegiatan Workshop Jurnalis yang diadakan oleh lembaga Pers kampus Universitas Sumatera Utara. Perjalanan yang panjang tentunya ada suka dan duka. Bagi seorang mahasiswi berangkat ke Sumatera Utara bukanlah hal yang mudah tetapi, kami ingin mencari pengalaman dan juga menambah wawasan tentang jurnalistik.
Waktu itu, sebenarnya Saya sudah semester akhir sementara menyusun skripsi dan sebentar lagi wisuda. Kegiatan di luar kampus tidak menghalangi langkahku untuk mencari ilmu meskipun hanya lewat pelatihan jurnalistik.
Kami berangkat dari Makassar menuju Jakarta, di ibu kota menginap semalam. Keesokan harinya lanjut penerbangan ke Medan, Sumatera Utara menggunakan pesawat Jatayu, sebuah pesawat kecil berwarna ungu pink. Baru pertama kali naik pesawat terbangnya pun jauh.
Tiba di Bandara, Kuala Namu. Hati pun merasa tenang. Kami di jemput oleh panitia Workshop Jurnalis, kru dari Suara USU. Kami ditawarkan naik motor. Seketika saya melihat ke arah Nini, lalu melihat barang bawaan Nini dan barang bawaan Saya. Dalam hati sempat berkata, nanti barangnya tidak muat.
Melihat kami bingung panitia menjelaskan bahwa di Medan, motor itu kendaraan roda empat. Sedikit aneh sampai membuat kami tertawa. Oh iya, setelah setuju kami pun di antar ke sebua asrama tempat pelatihan digelar. Di sana kami bertemu dengan mahasiswa dari berbagai daerah pastinya mahasiswa dan mahasiswi penerbitan kampus.
Dari Makassar bukan hanya Saya dan Nini, ada dari Unismuh dan UNM juga masing-masing mengirim perwakilannya.
Di sana kami belajar dari pagi hingga malam hari, pematerinya pun keren-keren dan hebat-hebat. Ada ibu Endang Pimpinan Redaksi Majalah Kartini, ada dari majalah tempo dan masih banyak lagi pemateri dari koran-koran nasional.
Bukan hanya materi kami pun diajak wawancara ke Lapas, dan untuk pertama kalinya juga saya berkunjung ke lapas. Oh,iya di sana saya sempat bertemu dengan seorang narapidana yang katanya waktu itu, dia sedang menjalani hukuman mati kasusnya berat sayang kita tidak bisa wawancara dengan beliau.
Hari terakhir pelatihan kami diajak Jalan ke Danau Toba, dari Medan kita naik bus kami dibagi dua bus. Saya bersama Nini, naik bus tua.perjalanan dari kota Medan ke Danau Toba kurang lebih tiga jam. Lumayan jauh sih, seingatku kala itu ada sedikit tanjakan sehingga bus yang kami pakai mesinnya rusak. Sehingga di pertengahan jalan kami ganti bus. Kejadian itu, tidak membuat kami kecewa sebab pemandangan yang kami lihat di Danau Toba sekejap membuat kami lupa.
Di tengahnya, berdiri megah Pulau Samosir, sebuah pulau di dalam danau yang hampir sebesar negara Singapura. Tak banyak tempat di dunia yang menawarkan pemandangan seunik ini: sebuah pulau di dalam danau, yang sendiri terbentuk di kawah gunung api purba.
Banyak wisatawan datang ke Danau Toba bukan hanya untuk berlibur, tapi juga untuk mencari ketenangan. Suasana danau yang tenang, angin sejuk, dan panorama pegunungan menciptakan kedamaian batin yang sulit digambarkan. Pagi hari yang berkabut atau senja keemasan di pinggir danau menjadi momen yang sering dinanti oleh para pencari inspirasi.
Tips Berkunjung ke Danau Toba
Akses: Dari Medan, perjalanan darat menuju Parapat memakan waktu sekitar 4–6 jam. Alternatifnya, kini sudah ada bandara Sisingamangaraja XII di Siborong-borong, lebih dekat ke kawasan Toba.
Waktu terbaik: Bulan April–Oktober, saat cuaca cenderung cerah dan bersahabat.
Aktivitas favorit: Menjelajahi Pulau Samosir, berenang di air danau yang jernih, bersepeda menyusuri tepian danau, atau sekadar bersantai di kafe pinggir danau.