50 Kapal, Seribu Doa untuk Gaza

Ada sesuatu yang menggetarkan hati saat mendengar kabar ini, Saya sering memantau perkembangan rakyat palestina, masyarakat Gaza melalui media sosial. Seringkali teriris saat melihat kondisi saudara-saudara kita di sana.

Mereka kehilangan rumah, kehilangan keluarga hanya dalam hitungan jam. Bayangan senyum berubah menjadi jerit. Atap tempat berlindung, luluh lantak menjadi debu.

Sungguh terluka hati ini, mendengarnya Ya Allah. Mereka yang masih hidup seakan dipaksa untuk menyerah, bukan oleh tembakan peluru, tetapi karena kelaparan berkepanjangan.

Anak-anak tetap semangat menunggu roti yang tak pernah tiba, sementara para orang tua hanya bisa menatap kosong dan terus berdoa agar besok masih bisa tetap bertahan hidup.

Sebenarnya bantuan dari berbagai negara selalu ada, tetapi blokade membuat Gaza tetap kosong. Dunia seakan ingin memberi, namun dinding besi seolah menghalanginya. Kondisi ini, sungguh menyakitkan dan melukai hati bukan hanya warga Gaza, tetapi semua umat Islam di dunia.

Ketika program kemanusiaan Global Sumud Flotilla di gencarkan, dunia seolah diingatkan bahwa kemanusiaan tidak boleh mati. Harus terus diperjuangkan.Para relawan dan aktivis kemanusiaan dari berbagai negara, mulai menggencarkan program ini.

Dari 44 negara, aktivis dan para relawan bersatu. Mereka tida peduli perbedaan, tujuannya hanya satu mengantarkan harapan ke Gaza. Awal September, awal dimulainya gerakan. Sejumlah aktivis berkumpul di Tunisia, mereka mengikuti training, persiapan berlayar ke Gaza.

Kita semua tahu, resikonya sangat besar. Namun, bagi mereka yang memiliki tekad besar, menyala dan membara, tentu saja akan menjadikannya kuat. Sebab yang mereka bawa bukan sekadar bantuan, melainkan sebuah pesan untuk dunia bahwa blokade tidak bisa membungkam solidaritas.

Sebanyak 50 kapal siap berlayar menembus blokade Gaza, pada Ahad 7 September 2025. Bukan kapal perang, bukan pula kapal dagang, melainkan armada kemanusiaan yang dipenuhi doa dari berbagai penjuru dunia.

Dari Indonesia ada sekitar lima buah kapal, yang masing-masing kapal diberi nama pejuang nasional. Sungguh luar biasa semangat mereka. Kita yang tidak ikut ke sana, bisa terus memberikan dukungan dan doa.

Melihat persiapan kapal-kapal tersebut di dunia maya, saya membayangkan ada seribu doa mengiringi. Doa para ibu yang kehilangan anak-anaknya, doa anak yang ingin bermain tanpa dentuman Bom. Ada doa orang di luar sana, yang tidak bisa hadir secara fisik, namun hatinya tertambat di Palestina.

Laut akan menjadi saksi,kemanusiaan tidak pernah mati.Lima puluh kapal berlayar sebagai saksi bahwa Gaza tidak sendiri.

Bukan sekadar kapal, dia armada harapan. Sebanyak 50 layar dibentangkan menantang ombak dan dinding blokade demi Gaza yang merintih.

Armada itu, bukan sekadar deretan kapal, tetapi simbol perlawanan. Mereka berlayar mengusung keberanian, mereka akan mengukur cerita bahwa kemanusiaan tidak boleh di blokade.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *