Penuh haru, aktris yang juga aktivis asal Indonesia Wanda Hamidah berlayar ke Gaza, dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF). Dia bersama 33 aktivis meninggalkan tanah air, menuju Tunisia akhir Agustus 2025.
Di negara yang terkenal dengan pasar bukunya, Wanda Hamidah bergabung bersama para aktivis kemanusiaan dari 44 negara. Mereka mengikuti pelatihan intensif selama dua pekan, mempersiapkan diri menghadapi tantangan berat di lautan lepas.
Namun, kabar terbaru menyebutkan bahwa relawan Indonesia pada akhirnya tidak ikut berlayar langsung karena berbagai kendala dan tantangan teknis. Sebagai bentuk kontribusi nyata, mereka menyerahkan lima kapal untuk digunakan para aktivis yang telah berpengalaman dalam misi kemanusiaan menuju Gaza.
Keputusan ini menunjukkan bahwa dukungan untuk Palestina tidak selalu hadir dalam bentuk kehadiran fisik, tetapi juga dalam kontribusi logistik yang sangat vital. Dengan adanya kapal tambahan, peluang bantuan sampai ke Gaza semakin terbuka.
Tak mudah, namun Wanda Hamidah memilih bertahan. Dua pekan penuh penantian di Tunisia, akhirnya terbayar saat namanya tercatat sebagai penumpang Kapal Kaiser Selasa (16/9), ia berlayar menuju Gaza bersama aktivis dari Tunisia hingga Turki. Dalam perjalanan penuh risiko itu, Wanda menjadi satu-satunya perempuan yang mengibarkan semangat kemanusiaan di atas kapal. Air matanya pun tumpah saat dipeluk rekan-rekannya,
Hari itu, pelabuhan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan yang penuh makna. Rekan-rekan sesama aktivis mengiringi langkah Wanda Hamidah menuju kapal yang akan membawanya dalam misi kemanusiaan. Mereka saling berpelukan erat, menetaskan air mata, dan mengucapkan doa-doa penuh harap.
Tangisan yang pecah bukanlah tanda kelemahan, melainkan ungkapan cinta dan kepedulian. Semua berharap agar perjalanan berbahaya itu berjalan lancar agar bantuan bisa sampai ke tangan rakyat Gaza, Wanda bersama rombongan relawan dapat kembali pulang ke tanah air dengan selamat.
Kabar Wanda Hamidah ikut berlayar ke Gaza segera disambut luas oleh masyarakat Indonesia. Dukungan mengalir deras, baik di media sosial maupun lewat doa yang dipanjatkan. Banyak yang bangga karena ada perwakilan dari Indonesia yang hadir langsung menunjukkan keberpihakan terhadap kemanusiaan.
Global Sumud Flotilla merupakan gerakan relawan internasional, yang bertujuan mematahkan blokade di Gaza dan meminta agar genosida di Palestina segera dihentikan. Aktivis kemanusiaan dari berbagai negara mengikuti pelatihan di Tunisia termasuk aktivis dari Indonesia.
Kenapa Wanda Hamidah yang Ikut Berlayar?
Dari 33 delegasi Indonesia yang berada di Tunisia, hanya Wanda Hamidah satu-satunya yang terpilih ikut berlayar menembus blokade Gaza. Kenapa?
Koordinator Global Peace Convoy Indonesia, Muhammad Husain menjelaskan, harusnya 30 delegasi yang ikut berlayar. Namun, hanya Wanda yang ikut berlayar. Sebab dari kesepakatan awal melihat kondisi tidak efektif. Banyak kapal yang rusak di Tunisia akibat cuaca, kapal yang bergerak dari Spanyol melalui badai dan cuaca buruk mengakibatkan kapal rusak.
Sehingga ketika sampai di Tunisia, para delegasi tersebut harus mencari kapal baru.Sementara peserta dari berbagai negara membludak. “Indonesia menarik delegasinya dan menyerahkan kapal, sebab itu dianggap langkah strategis.” katanya.
Menurut Husain, aksi kemanusiaan itu komposisinya 47 negara. Delegasi Indonesia memprioritaskan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk politik begaining, sebagai bentuk tekanan politik.
“Ini bukan perkara kita naik kapal atau tidak, tetapi bagaiaman bisa mensukseskan misi besar yang dilakukan secara bersama-sama. Wanda Hamidah, ikut berlayar sebab dia memiliki politik bergainning, dia mantan anggota DPR dan menurut steering comitte, yang diutamakan ikut berlayar mereka yang memiliki strong figure.” katanya.