Innalillahi waiinailaihi rojiun,
Ya, Allah..
Makassar sedang rusuh, masyarakatnya sedang memperjuangkan keadilan. Gedung megah dibakar, tiga nyawa melayang. Sudah benarkah langkah mereka, ya Allah?
Malam itu, kota ini dipenuhi teriakan dan bara. Suara mahasiswa yang menuntut keadilan melakukan aksi hingga malam hari, perjuangannya cukup panjang. Menutup jalan, menimbulkan kemacetan di seluruh ruas jalan. Masyarakat yang sejak pagi pulang kerja terjebak macet.
Namun di tengah riuh itu, api menjalar, meruntuhkan dinding gedung DPRD yang siang tadi masih gagah berdiri. Peristiwa itu, terjadi Jumat (29/8/2025) saat para pejabat berkumpul di sana sedang mengikuti rapat Paripurna.
Sungguh menyedihkan. Ya Allah.
Ditemukan tiga orang meninggal di dalamnya. Mereka bukanlah penguasa, bukan pula pembuat kebijakan. Mereka hanyalah pekerja biasa. Seorang staf, pegawai, dan penjaga yang setiap hari datang untuk mencari nafkah. Dua laki-laki dan satu perempuan.
Sarina merupakan staf komisi yang berugas di kantor wakil rakyat, Akbar salah seorang staf fotografer dibagian Humas, sementara yang satunya lagi, Kepala Seksi Bidang Kesra kantor Camat Ujung Tanah, namanya Syaiful. Mereka orang-orang baik, mereka tidak bersalah, tetapi kini mereka telah pulang lebih dulu, di Tengah kobaran api. Mereka datang menghadap Mu.
Ya, Allah, merinding rasanya tubuh ini, gedung itu mungkin bisa dibangun kembali, tapi tiga nyawa itu tidak. Kepergian mereka meninggalkan duka yang dalam. Mereka dinantikan oleh keluarganya pulang dengan selamat. Orang tua mereka merindukan anaknya.
Ya Allah, apakah ini sebuah peringatan bagi kami. Bahwa dalam memperjuangkan sesuatu yang besar, jangan sampai kami kehilangan nurani. Dalam menuntut keadilan, jangan sampai ada yang tak bersalah justru menjadi korban.
Kami berdoa, semoga Engkau menerima mereka dengan husnul khatimah. Semoga Engkau lapangkan kuburnya, ampuni dosanya, dan jadikan setiap tetes air mata keluarga mereka sebagai penghapus dosa dan penambah pahala.
Ya Allah, Makassar boleh saja kembali tenang setelah ini. Api boleh padam, gedung boleh direnovasi. Tapi duka keluarga yang ditinggalkan, hanya Engkau yang bisa menyembuhkannya.