Cinta Segitiga Bagian 1
Awal Oktober 2025, media sosial heboh dengan berita pernikahan seorang pelaut asal Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang mendadak viral. Rusli, lelaki berusia sekitar 32 tahun, menjadi perbincangan hangat setelah melangsungkan dua pernikahan dalam waktu dua hari berturut-turut di kampung halamannya. Keputusan kontroversial ini mengejutkan banyak pihak, menyisakan tanda tanya besar tentang cinta, kesetiaan, dan pilihan yang diambil oleh Rusli, serta perempuan-perempuan yang terlibat dalam kisah ini.
Kisah ini, menjadi heboh bermula ketika Rusli kembali ke kampung dan melamar Kasma, perempuan yang dipacarinya tiga tahun terakhir ini. Kabar lamaran seorang lelaki yang baru saja tiba dari berlayar dengan mahar 90 juta pun menyebar di kampung dan sampai ke telinga keluarga Warni.
Warni, seorang guru agama. Perempuan yang menjadi kekasih Rusli sejak duduk di bangku sekolah. Selama Rusli berlayar warni dengan setia menunggu bahkan telah menolak tiga orang laki-laki yang datang melamar, hanya karena janjinya pada Rusli.
Saat Rusli berangkat berlayar untuk bekerja di kapal, menjelajahi samudra luas, Warni perempuan pertama yang diberitahunya. Dia bahkan memberikan dukungan penuh dan terus memberi semangat kepada lelaki pujaannya. Dia tidak pernah berpikir kepergian Rusli sebuah perpisahan yang menyakitkan. Mereka berdua tahu, ini bukanlah akhir, tetapi sebuah ujian bagi cinta mereka.
Dengan penuh harapan, Rusli berangkat meninggalkan kota kelahirannya, dan Warni pun tetap tinggal, menjaga janji mereka. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu, dan Warni terus menunggu. Tidak ada keraguan di hatinya, meskipun godaan datang silih berganti. Tiga lelaki datang melamarnya, dengan segala alasan dan perhatian mereka, namun hati Warni hanya untuk Rusli. Setiap kali, dengan tegas, ia menolak mereka.
Suatu hari, kabar tentang lamaran itu sampai ke telinga Rusli. Komunikasi antara Rusli dan Warni terjalin baik dan lancar. Saat Warni memberitahu ada yang datang melamarnya, Rusli dengan tegas meminta untuk menolak sebab setelah kembali ke kampung dia yang akan melamarnya. Pernyataan dari Rusli membuat Warni semakin yakin dan percaya pada Rusli, dia pun terus menunggu dengan sabar.
Waktu terus berlalu, dan Rusli semakin lama semakin jarang mengirimkan kabar. Tetapi, Warni tetap setia menunggu. Hari-harinya dipenuhi dengan doa dan harapan, percaya bahwa cinta mereka akan diuji dan akhirnya berbuah manis. Meskipun godaan dan cobaan datang, ia tetap tidak tergoyahkan.
Setelah bertahun-tahun menunggu, tidak terasa kisah cinta mereka sudah berjalan selama 13 tahun. Warni masih setia dengan kesendiriannya demi janjinya pada seorang pria bernama Rusli. Namun, saat kembali ke Bantaeng, Kapten kapal yang ditunggu-tunggu itu, tidak memberitahu Warni. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai guru agama justru mendapat kabar bahwa Rusli sudah datang dan sudah melamar perempuan bernama Kasma. Persiapannya sudah 90 persen, undangan sudah beredar.
Hati dan perasaan Warni hancur, penantiannya selama 13 tahun berakhir dengan penghianatan. Keluarganya tentu saja tidak tinggal diam melihat Warni di sakiti. Mereka pun mendatangi rumah Rusli dan meminta pertanggungjawaban sebab sudah meyakinkan Warni untuk melamarnya.
Tidak bisa disangkal, hati Rusli memang terbelah antara Kasma, wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama tiga tahun dan Warni yang selalu setia menunggu. Terkadang, perasaan memang bisa berubah seiring waktu, meskipun Rusli masih menyayangi Warni, ia juga merasa terikat dengan Kasma yang selama ini telah menemani perjalanan hidupnya, mereka bertiga tinggal di kampung yang sama.
Tekanan keluarga Warni akhirnya membuat Rusli tersadar. Apa yang ia lakukan ini memang tidak bisa dibenarkan. Warni telah memberikan segalanya—kesetiaan, cinta, dan waktu yang berharga dan kini ia harus menerima konsekuensi dari tindakannya.
Akhirnya Rusli pun melamar Warni dengan memberikan mahar yang sama seperti Kasma, uang panaiks sebesar Rp90 juta. Meskipun dia melamar Kasma lebih dulu, tetapi yang pertama dia nikahi adalah Warni. RUsli dan Warni menikah tanggal 5 Oktober 2025, sementara Kasma dinikahi dua hari setelahnya yakni tanggal 7 Oktober 2025.
Pernikahan pun dilangsungkan, dengan Warni menjadi istri pertama dan Kasma sebagai istri kedua. Pernikahan Warni dilangsungkan di rumahnya, dengan keluarga besar yang datang memberi restu meskipun ada rasa kecewa yang dalam. Dua hari setelah pernikahan Warni, pesta kembali diadakan di rumah Kasma, dengan suasana yang lebih ceria, meskipun ada keraguan yang tersirat di hati banyak orang.
Kabar pernikahan yang tak biasa ini langsung menyebar luas di media sosial. Tidak sedikit yang mengkritik keputusan Warni dan Rusli. Banyak yang menyalahkan Warni karena tetap menerima Rusli yang telah mengkhianati kepercayaannya. Mereka menganggap Warni terlalu mengalah dan tidak menghargai dirinya sendiri. Di sisi lain, banyak yang juga menyalahkan Rusli, menganggapnya sebagai lelaki yang tidak setia dan tidak tahu bagaimana cara menjaga cintanya.
Namun, di balik semua kritik dan kecaman itu, Warni dan Rusli tetap menjalani hidup mereka. Warni merasa bahwa pernikahannya dengan Rusli adalah pilihan yang harus ia jalani, meskipun luka itu takkan pernah hilang. Rusli, meskipun telah mendapat dua wanita yang ia cintai, juga harus menerima bahwa keputusannya membuat banyak hati terluka, termasuk hatinya sendiri.
Meskipun banyak yang menganggap kisah ini sebagai kisah cinta yang penuh pengkhianatan, bagi Warni, ini adalah pelajaran tentang cinta yang rumit dan penuh pengorbanan. Ia belajar bahwa cinta tidak selalu berakhir bahagia, dan terkadang kita harus menerima kenyataan bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapi pilihan yang ada dan tetap berjalan meskipun jalannya penuh liku.
